Johnnydeppreads.com – Kalau bicara soal candi, pasti yang pertama kali terlintas di pikiran adalah Candi Borobudur, setuju gak? Ya, sebagai monumen spiritual bersejarah terbesar dan paling megah di dunia, pada bangunan arsitektur Candi Borobudur yang terletak di Yogyakarta ini terdapat ribuan seni relief yang terukir indah dan menyimpan banyak cerita. Bukan hanya menceritakan kisah Buddha saja, namun juga tentang kehidupan manusia pada zaman itu. Secara keseluruhan, ada 2.672 panel relief yang menghiasi dinding Candi Borobudur. Panel-panel relief tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yaitu panel relief naratif dan panel relief hias atau dekoratif.
Candi Borobudur juga memiliki tiga tingkatan dengan mengusung konsep Dhatu yang melambangkan kosmologi Buddha Mahayana. Tingkat paling dasar merupakan kaki candi yang disebut dengan Kamadhatu, pada bagian ini terdapat 160 relief yang menjelaskan tentang hukum karma atau sebab akibat. Relief di Kamadhatu ini menggambarkan kehidupan manusia yang kelam dipenuhi dengan hawa nafsu akan duniawi seperti perampokan, penyiksaan, pemerkosaan dan perbuatan keji lainnya.
Sebagian besar pada bagian ini tertimbun tanah dan tumpukan batu, konon katanya untuk menutupi kevulgaran namun ada juga yang menyebutkan tujuan ditutup adalah untuk menjaga pondasi candi agar tetap stabil. Tingkat selanjutnya bagian tengah merupakan tubuh candi disebut Rupadhatu yang melambangkan fase peralihan tentang pencarian makna hidup, dimana kehidupan manusia pada masa itu terbebas dari hawa nafsu yang terkait urusan duniawi. Pada bagian ini ada sebanyak 1300 relief yang mencakup Gandawyuha, Lalitavistara, Jataka, dan Awadana. Kemudian tingkat paling atas sebagai puncak candi disebut Arupadhatu merupakan simbol rumah Dewa yang melambangkan kehidupan spiritual tinggi yang murni dan penuh kedamaian. Pada tingkatan ini, kita tidak dapat menemukan panel relief menghiasi dinding.
Inilah Relief Penuh Makna yang Dapat Ditemui Pada Candi Borobudur
Telah diyakini kalau Candi Borobudur punya koleksi relief Buddha paling banyak dan paling lengkap di dunia. Tak heran karena hampir di semua dinding terdapat ukiran batu yang indah mahakarya seniman hebat pada masanya. Relief-relief yang indah ini menggambarkan kisah yang dapat dibaca berdasarkan arah jarum jam. Pada setiap panel relief menggambarkan adegan cerita yang diukir dengan indah dan elok, baik itu bentuk manusia, bangunan, hingga tumbuhan dan hewan. Yuk cari tahu jenis dan makna relief yang ada di Candi Borobudur!
Relief Karmawibhangga
Terletak di kaki Candi Borobudur, relief Karmawibhangga menggambarkan cerita tentang hukum karma. Konsep karma yang digambarkan dalam relief ini merupakan salah satu ajaran penting dalam agama Buddha. Dalam relief ini dijelaskan tentang hubungan sebab akibat dari segala perbuatan, entah itu perbuatan baik maupun perbuatan buruk yang kita lakukan semasa hidup di dunia. Relief di sini tidak membentuk sebuah cerita serial yang bersambung dari satu panel ke panel lainnya, melainkan setiap panel menggambarkan dengan jelas pola cerita yang berkaitan dengan segala perbuatan manusia yang mana perbuatan tercela maupun perbuatan terpuji akan ada konsekuensinya masing-masing. Relief ini bagaikan ilustrasi surga dan neraka yang ada pada ajaran agama Buddha. Meskipun saat ini hanya sebagian relief saja yang terbuka dan dapat kita lihat secara langsung, namun bagian lainnya tetap bisa dilihat lewat foto dokumentasi yang tersimpan di Museum Karmawibhangga.
Relief Lalitavistara
Lalitavistara sendiri dalam bahasa Sansekerta merupakan kitab Buddha. Relief Lalitavistara terdiri dari 120 panel relief membentuk rangkaian cerita yang mengisahkan kehidupan Sang Buddha. Mulai dari turunnya Sang Buddha dari surga Tushita hingga memberi wejangan pertamanya di Taman Rusa dekat Banaras atau Benares. Awal kisah dari bagian relief ini adalah ketika para dewa surga mengabulkan permohonan Bodhisattva agar bisa turun ke muka bumi sebagai manusia yang terlahir dari keluarga bangsawan. Relief ini juga mengilustrasikan kondisi lingkungan Jawa Kuno sekitar abad ke-8 sampai abad ke-10 pada masa Kerajaan Mataram Kuno yang dikuasai oleh Dinasti Syailendra.
Relief Jataka
Terdiri dari 128 panel, relief Jataka menceritakan tentang reinkarnasi Sang Buddha sebelum menjadi seorang pangeran Siddharta Gautama. Dalam relief ini digambarkan cerita penjelmaan sang Buddha sebagai binatang yang punya budi pekerti luhur. Relief ini menonjolkan perbuatan baik seperti sebuah pengorbanan dan tolong-menolong. Kisah dalam relief Jataka ini sebagian besar menceritakan tokoh satwa yang tingkah lakunya persis seperti seorang manusia, antara lain yaitu kisah kera dan banteng. Ada pula kisah jataka lainnya yaitu pengorbanan seekor gajah yang rela dimakan demi para pengungsi agar tidak kelaparan.
Relief Avadana
Candi memiliki beberapa kisah, relief Avadana ini terdiri dari 100 panel relief yang mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang kompleks. Dalam relief ini terdapat cerita serupa seperti relief Jataka. Hanya saja relief Avadana lebih cenderung pada perbuatan bijak dari orang-orang biasa.
Relief Gandawyuha
Dalam tradisi Buddha, Gandavyuha merupakan bagian dari teks Mahayana yang sangat dihormati. Relief ini mengajarkan pentingnya ketekunan dalam mencari pengetahuan dan toleransi antar makhluk. Relief Gandawyuha menceritakan perjalanan Sudhana dalam mencari pencerahan dan kebijaksanaan. Dalam perjalanannya tersebut, Sudhana bertemu dengan 53 guru dengan latar belakang berbeda yang memberikan berbagai ajaran spiritual. Lewat relief ini kita bisa melihat Sudhana bukanlah tokoh yang sekedar untuk dikagumi, tapi juga patut diteladani.
Relief Bhadracari
Masih menceritakan perjalanan menuju pencerahan, relief Bhadracari mengisahkan seorang Bodhisattva yang berupaya melakukan berbagai perbuatan positif untuk melatih spiritual. Relief ini menggambarkan bagaimana seseorang dapat menjalani hidup dengan bijaksana, saling menyayangi dan menghargai semua makhluk agar sejahtera.
Relief Sudhana Manohara
Salah satu yang digambarkan dalam relief ini ialah kisah cinta beda alam antara seorang pemuda yang mencari makna hidup (Sudhana) dengan seorang bidadari (Manohara). Pertemuan mereka berawal dari Sudhana yang tengah duduk di tepi kolam terpesona melihat sosok bidadari sedang mandi. Kemudian, Sudhana yang menguasai mantra berhasil membuat Manohara tidak bisa terbang untuk kembali ke kahyangan hingga akhirnya mereka berdua menikah. Kisah ini tak hanya mencerminkan pencarian makna hidup, namun juga pencarian cinta sejati sekaligus perjalanan spiritual. Terdapat pesan dalam relief ini tentang arti cinta, pengorbanan, kebijaksanaan, dan pencapaian spiritual dalam menjalani kehidupan sebagai makhluk sosial.
Relief Avalokitesvara
Relief ini menggambarkan semangat penuh kasih dan kerendahan hati yang melambangkan welas asih dari sosok Bodhisattva. Dalam relief ini Avalokiteshvara diilustrasikan dengan seribu tangan yang mencerminkan kekuasaannya untuk menolong dan merangkul makhluk hidup. Selain itu, candi terdapat banyak wajah kecil di tangan-tangan tersebut yang melambangkan kesiapan Avalokiteshvara untuk mendengar dan mengabulkan doa-doa yang dipanjatkan. Makna mendalam pada relief ini adalah untuk saling mengasihi dan menyayangi. Serta memahami kekuatan sebagai langkah mengawali perjalanan spiritual menuju hidup yang lebih damai.
Baca Juga : Beberapa Danau Terbesar di Pulau Sumatera yang Wajib Kamu Kunjungi